Minggu, 15 Agustus 2010

pertemuan saya dengan dia

beberapa hari ini cuaca gak nentu di tangerang. sekalinya panas, panasnya bener2 panas kaya neraka. sekalinya ujan, dingin bikin laper kaya di puncak. haah... gue tiduran di kasur, mata gue masih menatap jendela yang menampilkan pemandangan rintik hujan. emak gue sibuk ngangkatin jemuran setelah teriak2 manggil gue nyuruh bantuin dan gue pura2 tidur.

gue menghela napas melirik jam dinding, baru jam 14.00 siang. beduk magrib masih 4 jam lagi. rasanya gue mau ganti batre jam pake aki biar cepet sekalian jalannya. badan gue masih telentang dengan tangan memegang sebuah buku tebal bertuliskan HARRY POTTER AND THE ORDER OF THE PHOENIX. sudah sejak kemarin gue mengisi waktu kosong gue dengan membaca buku itu. berusaha mengalihkan pikiran gue yang kacau minta ampun.

"kosong delapan kosong dua sepuluh..." gumam gue dengan mata menatap kosong ke arah rintik hujan di luar sana. menghela napas gue yang rasanya bau naga karena puasa. tangan gue meraih earphone dan memasangnya di telinga sambil disambungkan di handphone. gue masuk ke fitur mp3. tidak lama kemudian gue menekan play pada lagu You Belong With Me dari Taylor Swift, sebuah lagu yang disukai oleh dia, seseorang yang sangat istimewa buat gue... dulu. sampai sekarang pun masih.

gue teringat beberapa bulan lalu, di bulan Desember. ketika pertama kali gue bertemu dia. di sebuah tempat yang sama sekali gak gue kira akan menjadi awal dari sebuah kisah cinta, kisah cinta pertama gue. siang menjelang sore itu gue masih mengenakan seragam putih abu-abu gue, dengan muka berminyak karena kegerahan, gue bersama beberapa temen gue duduk, kebetulan seorang temen gue membawa beberapa temen lainnya yang belum gue kenal. ya semacam mutual friends gitu kalo di FB mah.

gue asik ngobrol sama temen gue sambil makan bakso. dan dia duduk di sebelah gue, tepat di sebelah gue menikmati minuman di botolnya sambil memegang handphone. dia sendiri masih asik ngobrol sama temen dia yang juga temen gue. tapi gue gak kenal sama dia. peduli banget. I am a lazy person to talk to strangers, unless the person who invited me to speak.

"namanya siapa?" kata dia mengulurkan tangannya ke depan muka gue yang lagi ngunyah baso dengan muka bego.

"nadya," jawab gue sambil nyengir setelah nelen baso dan menjabat tangan dia.

dan gue merasa dia orang yang cukup menarik, karena pembicaraan kita yang tadinya cuma nanya nama berlanjut ke SMP di mana, rumah di mana, dan lain-lain. orang yang gue rasa nyambung sama gue, sulit buat gue menemukan orang yang cocok dengan gue dalam berbicara. I feel comfortable with him.

besoknya, ketika bertemu dia kembali, kita duduk di tempat berwarna merah hari Kamis tanggal 17 Desember *I always remember the little things anything about him until now*.

dia duduk di sebelah gue sambil tertawa-tawa ngobrol dengan gue. dengan joke-joke gue yang mampu membuat dia tertawa dan gue melihat lesung pipi di wajahnya.

"masukin nomer lo dong," katanya sambil mengulurkan handphonenya.

"duh gue gak apal nomer gue," kata gue nyengir.

dia ketawa lagi. "hahaha... kok bisa gak apal sih?"

kebetulan gue gak bawa handphone, karena waktu itu gue males bawa2 tamagoci *hape gue yang bututnya minta ampun item putih kaya tamagoci* dan gue memegang hape temen gue, pasti di situ ada nomer gue.

"eh, tapi di sini ada nomer gue nih." kata gue sambil mencari nama gue di contact hape temen gue. dan saat gue temukan, gue sodorkan layar hape ke depan muka dia.

"hmm... oke, ntar gue sms ya." kata dia senyum ama gue.

"sms aja, setiap sms yang masuk ke inbox gue pasti gue bales kok, kan gue pake kartu yang murah, hahaha..." kata gue yang sama sekali gak menduga apa-apa tentang dia. dia minta nomer hape buat smsan ya berarti cuma mau ngobrol. dan kebetulan dia pake provider kartu yang sama dengan gue.

"hm... gue save yah, nadya apa nama lo? di hape gue udah ada nama nadya! namanya pasaran sih..." ledek dia.

"eh sembarangan sampeyan! nadya emang pasaran, tapi nama belakang gue laennya gak pasaran tau.." bela gue sambil menjulurkan lidah.

"eh sekalian catet nama FB lo deh di sini, biar gue add..." katanya menyodorkan hapenya ke gue.

"nadya joandrini, udah search aja! itu gue doang, nama gue mah antik." kata gue lagi.

"emang nama asli lo nadya apa?" tanya dia.

"nadya joandrini." kata gue polos nyebutin nama panjang gue.

"yeh serius, ndut..." katanya nyubit gue pelan.

"yeh, gak percaya!! emang nama gue segitu bagusnya ampe gak ada yang percaya kalo gue nadya joandrini? tanya deh temen gue. eh, sob, nama panjang gue siapa?" tanya gue sama temen gue yang lagi duduk deket gue dan maenin hape.

"bener, bego, nadya joandrini wenji."

"tuh!" kata gue.

"oh, iya deh percaya," kata dia sambil ketawa lagi ngeliat gue.

begitu gue pulang ke rumah dan men charge handphone gue yang lupa gue charge tadi pagi, inbox masih kosong. gue baru pulang dari pasar malabar bersama temen gue si mami, berburu DVD Upin Ipin dan Pearl Harbor, film yang sangat sangat gue sukai. beberapa jam kemudian ketika gue melihat inbox di hape gue. ada sms dari nomer yang kontaknya gak ada di hape gue.
from: 089xxxxxx
ndud, ini gue... :)


gue udah tau siapa gue langsung bales sms dia dan gue save nomernya. sejak hari itu, tiada hari yang gue habiskan tanpa smsan sama dia :)

gue kembali menghela napas mengingat awal pertemuan gue dengan dia. sesuatu yang sangat menyenangkan namun diakhiri dengan pengkhianatan. itukah? iya. gue kembali melihat rintik gerimis yang berubah menjadi hujan kecil. nyokap gue udah gak kdengeran lagi suaranya, pasti udah anteng di habitatnya: dapur.

earphone masih menempel di telinga gue memainkan lagu Dia dari Maliq and D'essentials. suasana hati gue lagi patah gini denger lagu cinta rasanya gedek dan pengen nampol orang. bener kata Raditya Dika, lagi patah hati denger lagu cinta-cintaan bawaannya pengen garuk tanah....


Tidak ada komentar:

Posting Komentar